Selasa, 27 Oktober 2015

Duapuluh

entah harus senang atau sedih
sore itu masih seperti sore-sore sebelumnya
masih dengan nikmat yang tak terhitung dari Sang Maha Agung
hamparan langit jingga masih memanjakan mata
hembusan angin senja sepoi-sepoi masih mendamaikan jiwa
hanya saja sebutir kerikil menyandung asaku untuk tertawa lepas
satu persatu suara mengagetkanku
menjabat tanganku dengan senyum merekah
bola matanya seakan menyatakan perasaan turut bahagia
ada juga suara-suara yang bersorak gembira di balik layar ponsel
sehari yang penuh warna, terimakasih Allah
aku berhenti, diam menatap bayang-bayang diri
apakah aku harus tertawa bahagia atau menangis sedih
20 tahun silam ruh itu ditiupkan ke dalam jasadku
aku dikaruniakan kesempatan melihat dunia, diberi amanah menjalani kehidupan
dihadapkan dengan dua pilihan, akankah kupergunakan jatah hidup ini dalam kebaikan atau kesia-siaan, dan duapuluh tahun sudah kulalui...

jika jatah hidup baginda rasul 63 tahun, maka hampir sepertiga darinya telah kuhabiskan
lantas, layak kah hari itu disebut sebagai hari bertambanya usia atau malah berkurangnya sisa umur?
bertambah, mungkin karena babak usia yang baru akan dimulai bukan lagi terbilang anak-anak, jadi menuntut untuk bertambah dewasa
dan berkurang, karena jatah usia semakin mendekati garis finish yang telah ditetapkan
mengenai senang atau sedih, tak ada jawaban yang lebih tepat antara keduanya
cukup dengan mensyukuri segala nikmat yang telah dianugerahkan
pasang surut kehidupan sesungguhnya tak luput dari warna warni hikmah yang terselip dibalik semua itu, hanya perlu ditadabburi.
terimakasih untuk Sang Maha Pemberi Kehidupan
terimakasih untuk ayah ibu yang telah menjadi perantara hadirku ke dunia
terimakasih untuk sahabat yang selalu disisi mensupport setiap jatuh bangunku

~9 days after my twenty~